Rabu, 19 November 2014

aspek perkembangan anak usia dini



Pendahuluan

Secara filosofis pendidikan anak usia dini  merupakan subuah kegiatan mengoptimalisasi seluruh potensi peserta didik baik berupa pemberian pembinaan  pada masa anak baru lahir sampai usia enam tahun dengan memberikan stimulus-stimulus guna mengembangkan seluruh aspek perkembangan dan pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak mampu melanjutkan pendidikan jenjang berikutnya.
Perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan kualitatif dari setiap fungs kepribadiaan atau pola pikir dari akibat pertumbuhan dan belajar. Sedangkan perkembangan adalah perubahan kepribadian ataupun pola pikir seseorang sesuai dengan perkembangannya. Masa emas ataupun masa dimana anak mengalami lompatan perkembangan yang sangat sighnifikan dibandingkan dengan dengan masa setelahnya. Masa ini tidak dapat terulang kembali, maka dari itu, orangtua ataupun pendidik harus mengetahui seluruh aspek perkembangan anak.
PAUD merupakan pendidikan anak-anak usia 0-6 tahun dengan melakukan pembinaan sejak dini dengan pemberian rangsaangan guna mengembangkan aspek pertumbuhandan perkembangan anak jasmani maupun rohani sehingga anak akan siap melanjutkan ke jenjang berikutnya, pendidikan anak usia dini juga mempunyai tujuan yang mana  mengembangkan seluruh potensi anak agar  kelak anak menjadi penerus bangsa yang dapat membawa bangsa untuk masa dpan lebih baik.


PEMBAHASAN

ASPEK-ASPEK PENGEMBANGAN KOMPETENSI ANAK USIA DINI

A.      Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Catron dan Allen menyebutkan bahwa terdapat enam aspek perkembangan anak usia dini ,yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi,komunikasi,  kognitif, ketrampilan motorik. Kemampuan motorik sangat pentng dan harus dipertimbangkan sebagai interakal. Ketrampilan tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan, melainkan sebagai komponen yang integral dari lingkungan bermain yang baik. Perkembangan anak pada enam aspek dibawah ini membentuk fokus sentral sebagai pengembangan kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini. [1]
1)        Pengembangan emosi
Melalui permain anak dapat belajar menerima berekspresi dan mengatasi masalah.
2)        Kesadaran personal
Permainan yang kreatif memugkinkan perkembangan kesadaran sosial bermain mendukung anak tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal yang baru, bereksplorasai. Meniru dan mempraktekkan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membagun ketrampilan menolong dri sndiri, ketrampilan ini membuat anak merasa kompeten dengan cara yg positif,  bermain juga memberikan kesmpatan pada anak untuk mengenal diri meraka dan untuk mengembangken pola perilaku yg memuaskan dalam hidup.
3)        Membangun sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi dengan anak lain  dan untuk kemampuan soialisasi dan memperluas empati terhadap oranglain serta mengurangi sikap egosentrisme. Pengembangn komunikasi bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan.
4)        Kemampuan berbahasa anak
Melalui komunikasi anak dapat memperluas kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan serta mengekspresikan kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain spontan.
5)        Pengembangan kognitif
Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengn lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya.
6)        Pengembangan kemampuan motorik
Kesempatan yang luas untuk bergrak pengalaman belajar utk menemukan, aktivitas sensorik motor  yang meliputi pengunaan otot-otot  besar dan kecil. Memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan perseptual motorik.[2]

B.     Berbagai Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini
Mansur mengungkapkan  dalam bukunya pendidikan anak usia dini dalam islam dijelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia, dimulai sejak dalam kandungan sampai akhir hayat. Pertumbuhan lebih menitik beratkan pada perubahan fisik ynag bersifat kuantitatif, sedangkan perubahan progresif sebagai akibt dari proses kematangan dan pengalaman.[3] Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh misalnya bertambah berat badan. Sedangkan perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkahlaku dan sebagainya.[4]Untuk mengembangkan berbagai kemampuan atau potensi anak , maka dikembangkan aspek-aspek pengembangan, yakni: pengembangan moral dan nilai-nilai agama, pengembangan fisik, pengembangan bahasa, pengembangan kognitif, pengembangan sosio-emosional, pengembangan seni dan kreatifitas.
Sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini, yaitu menyiapkan anak untuk berkembanga secara komprehensif, sudah barang tentu orientasi pendidikan pada anak usia dini tidak hanya terbatas pada aspek pengembangan kecerdasan semata, tetapi juga mencakup aspek perkembangan yang lebih luas. Aspek-aspek perkembangan yang terjadi pada anak usia dini meliputi: aspek fisik dan motorik, aspek kognitif, aspek bahasa, aspek moral dan nilai-nilai agama, aspek sosio-emosional, aspek seni dan kreativitas.[5]
1.         Perkembangan Fisik dan Motorik
Menurut Elizabeth, perkembangan fisik sangat pentingdipelajari, karena baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung, perkembangan fisik anak akan menentukan ketrampilan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak itu memandang dirinya sendiri dan bagaimana ia memandang orang lain.
Perkembangan motorik kasar diperlukan untuk ketrampilan menggerakkan dan menyeimbangkan tubuh. Pada usia dini anak masih mnyukai gerakan sederhana seperti melompat dan berlari. Perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik: seperti menuis, melipat, merangkai, mengancing baju dan lain sebagainya.adapun perkembangan motorik pada anak mengikuti delapan pola umum, yaitu:
a.        Continuity
Dimulai dari sederhana ke yang lebih kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak
b.        Unifrom sequence (memiliki harapan yang sama)
Memiliki pola tahapan yang sama untuk semua anak. Meskipun perkembangan kecakapan anak berbeda-beda.
c.         Meturity (kematangan),
Dipengaruhi oleh perkembangan sel saraf dari gerakan  yang bersifat umum ke khusus.
d.        Chepalo-coudal direction
Bagian yang mendekati kepala berkembang lebih dahulu dari bagian mendekati ekor.
e.         Bersifat proximu-distal
Bahwa bagian yang mendekati sumbu tubuh berkembang lebih dulu dari yang lebih jauh.
f.         Koordinasi bilateral menuju crosslateral
Bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih dahulu sebelum melakukan  koordinasi organ bersilangan.
Dapat dikatakan bahwa kompetensi dan hasil beajar yang ingin dicapai dalam aspek pengembangan fisik adalah kemampuan mengelola dan ketrampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, gerakan kasar, serta menerima rangsangan dari panca indra.[6]
Ada beberapa hal tentang tahap awal pendidikan pada usia 0-1 tahun, yaitu:
a.         Telungkup
Tahap awal yang dilakukan bayi ketika rata-rata berusia 6-9 bulan.
b.        Duduk
Tahap selanjutnya untuk melangkah proses pendidikan selanjutnya.
c.         Merangkak dan Merayap
d.        Berdiri dan belajar
Berdiri dan belajar yang merupakan tonggak awal untuk melatih
kecerdasan fisik yang berkaitan dengan pendidikan gerakan.

 Sebagai pendidik anak usia dini harus memiliki sebuah acuan didalam penilaian perkembangan ataupun yang harus di perhatikan sesuai perkembangan yang harus dicapai, pada hal ini Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada Perkembangan Fisik Motorik:
a.       Motorik kasar antara lain meliputi
1)      Memenjat tali, tangga, panjatan;
2)      Berlari;
3)      Melompat;
4)      Menendang bola;
5)      Menangkap bola;
6)      Bermain lompat tali;
7)      Berjalan pada titian keseimbangan.
b.      Motorik halus meliputi:
1)      Menarik resleting;
2)      Mengancing baju;
3)      Menggunting pola;
4)      Mengikat tali sepatu;
5)      Mewarnai pola;
6)      Makan dengan sendok;
7)      Menyisir rambut, dan menggambar.
c.         Organ sensor meliputi:
1)      Mendengarkan perintah guru dari jauh;
2)      Melihat tullisan atau bagan di papan tulis dari jauh;
3)      Mengenali berbagai benda dalam kotak tanpa melihat;
4)      Mampu membedakan bernagai macam rasa;
5)      Mampu mengenali berbagai macam bau;
6)      Menyebutkan warna benda;
7)      Menyebutkan ciri-ciri objek dari observasi.
d.        Kesehatan badan antara lain meliputi:
1)      Seimbang antara tinggi dan berat badan;
2)      Aktif dan lincah;
3)      Catatan kehadiran baik;
4)      Mampu menggunakan berbagai alat permainan di luar kelas.[7]

2.         Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada umumnya sangat berhubungan dengan masa perkembangan motorik. Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi, sehingga dapat berfikir. [8]Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya. Kognisi adalah fungsi mental yang meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. [9]Istilah kognisi (cognition) dimaknai sebagai setrategi untuk mereduksi kompleksitas dunia. kognisi juga dimaknai sebagai cara bagaimana manusia menggambarkan pengalaman mengenai dunia dan bagaimana mengorganisasi pengalaman mereka.[10]
Aspek yang dipantau dari Perkembangan aspek Kognitif yaitu:
a.         Informasi/pengetahuan figurative meliputi:
1)        Mengenal nama-nama warna:
2)        Mengenal nama berbagai benda yang ada dirumah dan fungsinya;
3)        Mengenal nama bagian0bagian tubuh;
4)        Mengenal nama dan alamat:
5)        Mengenal nama anggota keluarga, teman, dan guru.
b.        Pengetahuan prosedur/operatif antara lain meliputi:
1)        Menjelaskan bagaimana  cara pergi dan pulang sekolah;
2)        Menjelaskan cara menggunakan berbagai peralatan dirumah atau disekolah;
3)        Mampu membandingkan dua objek atau lebih;
4)        Menghitung, menata, mengurutkan dan mengklasifikasikan;
5)        Mengidentifikasi masalah, mencari alternative pemecahan, memecahkan masalah sederhana:
6)        Mampu ke toilet, memakai baju, dan akan sendiri.
c.         Pengetahuan temporal dan spesial meliputi:
1)        Mengetahui nama hari dan tanggal
2)        Mengetahui waktu (siang, sore, malam, kemarin, besok), musim, dan cuaca;
3)        Mengenal lokasi (diatas, dibawah, disamping, kanan, kiri, tinggi, rendah);
4)        Mengenal kecepatan (cepat, lambat).
d.        Pengetahuan dan pengingat memori meliputi:
1)        Mengingat alfabet;
2)        Mengingat nama-nama teman;
3)        Mengingat nama hari.[11]




3.         Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun terdapat vareasi diantara anak satu dengan lainnya, dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan anak berkomunikasi. Kebanyakan anak memulai perkembangan bahasanya dari menangis untuk mdngekspresikan responnya terhadap bermacam-macam stimulan. Ssetelah itu anak mulai memeram yaitu melafalkan bunyi yang tidak ada artinya secara berulang. Setelah itu anak mulai belajar kalimat dengan satu kata, seperti “maem” yang artinya minta makan. Anak pada umumnya belajar naka-nama benda sebelum kata-kata yang lain.brewer mengklasifikasikan bahasa anak sebagai referensial dan ekspresif. Kata-kata benda pada umumnya digolongkan dalam referensial, sdangkan kata-kata sossial di golongkan sebagai ekspresif. Perkembangan bahasa belum sempurnasampai akhir masa bayi, dan akan terus berkembangang sepanjang kehidupan seseorang. Anak terus membuat perolehan kosa kata baru, dan anak usia 3-4 tahun mulai belajar menyusun kalimat Tanya dan kalimat negative.[12]
Perkembangan bahasa bertujuan untuk mengembangkkan kemampuan anak atau seseorang untuk berkomunikasi. Pada anak berusia 3-4 tahun mulai belajar menyusun kalimat tanya dan kalimat negatif. Pada usia 5 tahun mereka telah menghimpun kuranglebih 8.000 kosa kata, disamping itu telah menguasai hampir semua bentuk dasar tata bahasa.[13]
Adapun aspek yang perlu dipantau dari prkembangan Bahasa, yaitu:
1)        Mampu berkomunikasi dengan orang dewasa dan orang lalin
2)        Mampu mengomunikasikan ide melalui drama, bermain, atau tulisan
3)        Mengenal huruf, memiliki kosa kata cukup, dan menunjukkan perkembangan membaca.[14]

4.         Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
Moral merupakan suatu nilai yang dijadikan pedoman dalam bertinkah laku. Perkembangan moral yang terjadi pada anak usia dini sifatnya masih relative tetrbatas. Sseorang anak belum mampu menguasai nilai-nilai yang abstrak berkaitan dengan benar-salah dan baik buruk. Menurut piaget, pada awal pengenalan nilai dan pola tingkatan itu asih bersifat paksaan, dan anak belum mengetahui maknanya. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan inteleknya, anak berangsur-angsur mulai mengikkuti berbagai ketentuan yang berlaku didalam keluarga. Semakin lama semakin luas, sehingga ketentuan ynag berlaku didalam masyarakat dan negaranya.[15]
Semua manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan lemah, namun ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap, lebih-lebih pada usia dini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang religius, bayi sebagaimanusia dipandang dari segi bentuk dan bukan kejiwaan. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa anak sejak lahir telah membawa fitrah keagamaan, fitrah itu baru berfungsi dikemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan.[16]
a.         Perkembangan agama pada anak
1)        The fairty tale stage (tingkat dongeng)
Pada tingkatan ini dimulai pada anak berusia 3-6 tahun.pada anak dalam tingkatan ini  konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi.
2)        The realistic stage (tingkat kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar hingga sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan.
3)        The individual stage
Anak pada masa ini memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Ada beberapa alasan mengenalkan nilai-nilai agama kepada anak usia dini, yaitu anak mulai punya minat, semua perilaku anak membentuk suatu pola perilaku, mengasah potensi positif diri, sebagai individu, makhluk sosial dan hamba Allah.[17]

b.        Sifat-sifat agama pada anak
1)        Unreflective (tidak mendalam)
Mereka menerima ajaran agama dengan tanpa kritik. Kebenaran yang mereka trima tidak begitu mendalam sehingga cukup sekedarnya saja dan mereka sudah cukup puas.



2)        Egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak tahhun pertama usia perkembangannya dan akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman.
3)        Antropomorphis
Konsep ketuhanan pada diri anak menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dalam pikiran mereka bahwa perikeadaan Tuhan itu sama dengan manusia.
4)        Verbalis dan Retualis
Kehidupan agama pada anak sebagaimana besar tumbuh mula-mula secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tuntunan yang diajarkan kepada mereka. Latihan-latihan bersifat verbalis dan upacara keagamaan yang bersifat ritualis (praktek) mereka hal yang berarti dan merupakan salah stu ciri dari tingkat perkembangan agama pada anak-anak.
5)        Imitatif
Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya diperoleh dari meniru. Misalnya berdoa dan shalat.
6)        Rasa Heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang terakhir pada anak. Rasa kagum yang ada pada anak sangat berbeda pada rasa kagum pada orang dewasa. Rasa kagum pada anak ini belum bersifat kritis dan kreatif, sehingga mereka hanya kagum terhadap keindahan lahiriyah.[18]


Aspek perkembangan yang perlu dipantau dari perkembangan moral yaitu:
1)        Mengenal aturan sekolah
2)        Mengenal sopan santun
3)        Mengenal otoritas[19]

5.         Perkembangan sosio-emosional
Perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentrik, individual, kearah interaktif komunal. Pada mulanya anak bersifat egosentrik, hanya dapat memandang dari satu sisi, yaitu dirinya sendiri. Ia tidak mengerti bahwa orang lain  bisa berpandangan berbeda dengan dirinya, maka pada usia 2-3 tahun anak masih suka bermain sendiri.  Selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan anak lain, mulai bermain bersama dan tumbuh sifat sosial. Perkembangan sosial meliputi dua aspek penting, yaitu kompetensi sosial dan tanggung jawab sosial.[20]
Sejumlah studi tentang emosi anak akan menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada factor pematangan (maturation) dan factor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah satunya. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal masa kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi emosional itu mungkin akan muncul dikemudian hari, adanya pematangan dan system endoktrin.[21]
Emosi merupakan perasaan yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologi dan perilaku yang terlihat. Adanya sifat egosentrisme yang tinggi pada anak disebabkan anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Ada beberapa aspek perkembangan sosio-emosional yang perlu dikembangkan pada anak usia dini. Belajar bersosialisasi diri, yaitu usaha untuk mengembangkan rasa percaya diri dan rasa kepuasan bahwa dirinya diterima dikelompoknya. Belajar berekspresi diri, yaitu belajar mengekspresikan bakat, pikitran dan kemampuannya tanpa harus dipengaruhi oleh keberadaan orang dewasa. Belajar mandiri dan berdiri sendiri lepas dari pengawasan orang tua atau pengasuh. Belajar masyarakat, menyesuaikan diri dengan kelompok, bekerja sama, saling membagi, bergiliran, dan bersedia menerima aturan-aturan dalam kelompok. Belajar mengembangkan daya kepemimpinan anak. Maka keluarga berperan penting untuk mendidik anak tersebut.[22]
Beberapa trend yang berhubungan dengan pengaturan emosi selama masa kanak-kanak adalah:
a.       berasal dari sumber daya eksternal ke internal. Bayi sepenuhnya tergatung dari sumber daya eksternal-orangtua-untuk pengaturn emosinya. Ketika anak bertambah usia, mereka mulali melakukan pengaturan mandiri terhadap emosi mereka.
b.      Strategi kognitif. Untuk pengaturan emosi” seperti berfikir positif tentang suatu situasi, penghindaran kognitif dan pengalihan atau pemfokusan atensi, yang berkembang seiring dengan pertambahan usia.
c.       Rangsangan emosi. Seiring dengan kedewasaan, seorang anak akan dapat mengontrol rangsangan emosinya.
d.      Memilih dan mengatur konteks dan hubungan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak akan dapat memilih dan mengatur situasi dan hubungan social, sehigga mengurangi emosi negative.
e.       Coping terhadap stress. Dengan bertambahnya usia anak-anak akan lebih mampu untk mengembangkan strategi, coping stress yang lebih baik.[23]
Meskipun demikian dalam pengaturan emosi, setiap anak sangat beragam didalam menyalurkan emosinya. Bahkan yang paling menonjol yang dimiliki oleh anak yaitu kesulitan anak dalam mengontrol emosi, bukan hanya anak-anak saja, melainkan remaja awal sampai dewasa bahkan usia lanjut juga sering mengalami kesulitan didalam mengontrol emosi.
Kemampuan sosio emosional yang harus dikuasai anak usia 3-4 tahun adalah anak dapat mengekspresikan wajah saat sedih, marah, takut, dan sebagainya, bisa menjadi pendengar dan pembicar yang baik, membereskan mainan setelah selesai bermain, sabar menunggu giliran dan terbiasa antri, mengenal aturan dan mengikuti peraturan, mengerti akibat jika melakukan kesalahan, memiliki kebiasaan yang teratur.[24] Kemampuan yang ingin dicapai dalam aspek pengembangan sosio-emosional adalah kemampuan mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, menghargai keragaman sosial dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri, dan rasa memiliki.
Aspek perkembangan sosial yang perlu dipantau, yaitu:
a.         Interpersonal meliputi:
1)        Mampu bermain bersama teman
2)        Mau bergantian dan antre
3)        Mengikuti perintah dan petunjuk guru
4)        Mampu berteman, berkomunikasi, dan membantu teman.
b.        Personal
1)        Mau merespon dan menjawab pertanyaan guru
2)        Mampu mengekspresikan diri dikelas
3)        Percaya diri untuk bertanya, mengemukakan ide, dan tampil
4)        Mandiri saat makan, bekerja, dan memakai pakaian.
5)        Mau ditinggal atau tidak ditunggui orang tua disekolahan[25]

Aspek perkembangan emosi yang perlu dipantau, yaitu:
1)        Menunjukkan rasa sayang pada teman, orang tua, guru
2)        Menunjukkan rasa empati dan menolong teman
3)        Mengontrol emosi dan agraris, tidak melukai atau menyakiti teman.[26]



6.      Perkembangan seni dan kreatifitas
Munandar mengungkapkan tentang beberapa pengertian kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kreativiras (berfikir kreatif atau berfikir devergent) adalah kemampuan yang berdasarkan data atau informasi yang menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.[27] Perilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah pada anak usia dini dapat diidentifikasi dari beberapa ciri yang ada. Senang menjajaki lingkungan, mengamati dan memegang segala sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif. Rasa ingi tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan dengan takhenti-hentinya. Bersifat spontan menyatakan pikiran dan perasaannya. Suka berpetualang, selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Suka melakukan eksperimen, membongkar dan mencoba-cobaberbagai hal. Jarang merasa bosan, dan ada-ada saja yang ingi dilakukan.[28]
Aspek perkembangan Seni, yang perlu dipantau yaitu:
1)        Mampu mengekspresikan ide melalui gambar
2)        Mampu mengeksspresikan diri melalui drama
3)        Mampu mengikuti lagu dan senang bernyanyi.[29]















A.    Kesimpulan
Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yaitu: perkembangan fisik dan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan moral dan nilai-nilai agama, perkembangan sosio-emosional, perkembangan seni dan kreatif. Tujuan atau manfaat dari aspek-aspek perkembangan anak usia dini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini serta membimbing anak usia dini untuk mencapai tahap perkembangan yang optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta.                               Pustaka Pelajar.
Kurniasih, Imas. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Edukasia
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan AnakBerkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Indeks.
Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta. Hikayat Publishing.
Santrock, Jhon W. 2007.Perkembangan  Anak. Jakarta. Erlangga.
Hurlock ,Elizabeth B.1978.  Perkembangan Anak,  Jakarta, Erlangga.
Fadlillah, Muhammad, 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Yogyakarta, Ar-Ruzz,.


[1] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Indeks, Jakarta,  2012. hlm. 62
[2] Ibid,.. hlm. 64-65
[2] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),  hlm.17
                          
[4] Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini,( Edukasi, 2011), hlm. 13
[5] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. ,hlm. 22
[6] Ibid,.. hlm. 24
[7] Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Anak Usia Dini (Yogyakarta: Hikayat Publishing) hlm.192
[8] Ibid,.. hlm. 33
[9] Mulyono Abrurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2003), hlm.170
[10] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm. 34
[11] Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Anak…, hlm. 194
[12] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,..hlm.35
[13] Ibid.,hlm. 36
[14] Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Anak….., hlm. 197
[15] Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Yogyakarta, Ar-Ruzz, 2012), hlm.47
[16] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm.. 46
[17] Ibid,.. hlm. 45
[18] Ibid,.. hlm. 52-55
[19] Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Anak….., hlm.195
[20] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm. 56
[21] Elizabeth B. Hurloc, Perkembangan Anak, (Jakarta, Erlangga: 1978), hlm.213
[22] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm. 58
[23] John w santrock, perkembangan anak, (Jakarta, Erlangga: 2007), hlm. 9
[24] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm... 58
[25] Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Anak….., hlm.195
[26] Ibid., hlm.196
[27] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm.. hlm 60
[28] Ibid,.. hlm 59
[29] Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Anak….., hlm.197

1 komentar:

Strategi Branding Enterpreneur / strategi merek pada pendidikan

Strategi Branding Enterpreneur

  Strategi Branding Enterpreneur Silahkan akses di artikel saya yang terbit di jurnal golden age pendidikan anak usia dini universitas islam...