Pendahuluan
Secara filosofis pendidikan anak usia dini merupakan subuah kegiatan mengoptimalisasi
seluruh potensi peserta didik baik berupa pemberian pembinaan pada masa anak baru lahir sampai usia enam
tahun dengan memberikan stimulus-stimulus guna mengembangkan seluruh aspek
perkembangan dan pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak mampu
melanjutkan pendidikan jenjang berikutnya.
Perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan
adalah suatu perubahan kualitatif dari setiap fungs kepribadiaan atau pola
pikir dari akibat pertumbuhan dan belajar. Sedangkan perkembangan adalah
perubahan kepribadian ataupun pola pikir seseorang sesuai dengan
perkembangannya. Masa emas ataupun masa dimana anak mengalami lompatan
perkembangan yang sangat sighnifikan dibandingkan dengan dengan masa
setelahnya. Masa ini tidak dapat terulang kembali, maka dari itu, orangtua
ataupun pendidik harus mengetahui seluruh aspek perkembangan anak.
PAUD merupakan pendidikan anak-anak usia 0-6 tahun
dengan melakukan pembinaan sejak dini dengan pemberian rangsaangan guna
mengembangkan aspek pertumbuhandan perkembangan anak jasmani maupun rohani
sehingga anak akan siap melanjutkan ke jenjang berikutnya, pendidikan anak usia
dini juga mempunyai tujuan yang mana
mengembangkan seluruh potensi anak agar
kelak anak menjadi penerus bangsa yang dapat membawa bangsa untuk masa
dpan lebih baik.
PEMBAHASAN
ASPEK-ASPEK PENGEMBANGAN KOMPETENSI
ANAK USIA DINI
A.
Aspek
Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut
Catron dan Allen menyebutkan bahwa terdapat enam aspek perkembangan anak usia
dini ,yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi,komunikasi, kognitif, ketrampilan motorik. Kemampuan motorik sangat pentng
dan harus dipertimbangkan sebagai interakal. Ketrampilan tidak dipandang
sebagai perkembangan tambahan, melainkan sebagai komponen yang integral dari
lingkungan bermain yang baik. Perkembangan anak pada enam aspek dibawah ini
membentuk fokus sentral sebagai
pengembangan kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini. [1]
1)
Pengembangan emosi
Melalui permain anak dapat belajar
menerima berekspresi dan mengatasi masalah.
2)
Kesadaran personal
Permainan yang kreatif memugkinkan perkembangan
kesadaran sosial bermain mendukung anak tumbuh secara mandiri dan memiliki
kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal yang baru,
bereksplorasai. Meniru dan mempraktekkan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah
langkah dalam membagun ketrampilan menolong dri sndiri, ketrampilan ini membuat
anak merasa kompeten dengan cara yg positif,
bermain juga memberikan kesmpatan pada anak untuk mengenal diri meraka
dan untuk mengembangken pola perilaku yg memuaskan dalam hidup.
3)
Membangun sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi
perkembangan sosial anak ketika berbagi dengan anak lain dan untuk kemampuan soialisasi dan memperluas
empati terhadap oranglain serta mengurangi sikap egosentrisme. Pengembangn
komunikasi bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan.
4)
Kemampuan berbahasa anak
Melalui komunikasi anak dapat memperluas
kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan serta mengekspresikan kemampuan
berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada
situasi bermain spontan.
5)
Pengembangan kognitif
Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak
untuk secara aktif terlibat dengn lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan
suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya.
6)
Pengembangan kemampuan motorik
Kesempatan yang luas untuk bergrak pengalaman
belajar utk menemukan, aktivitas sensorik motor yang meliputi pengunaan otot-otot besar dan kecil. Memungkinkan anak untuk
memenuhi perkembangan perseptual motorik.[2]
B.
Berbagai
Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini
Mansur
mengungkapkan dalam bukunya pendidikan
anak usia dini dalam islam dijelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia, dimulai sejak dalam
kandungan sampai akhir hayat. Pertumbuhan lebih menitik beratkan pada perubahan
fisik ynag bersifat kuantitatif, sedangkan perubahan progresif sebagai akibt
dari proses kematangan dan pengalaman.[3] Pertumbuhan
adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh misalnya bertambah
berat badan. Sedangkan perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung
secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi
kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkahlaku dan
sebagainya.[4]Untuk
mengembangkan berbagai kemampuan atau potensi anak , maka dikembangkan
aspek-aspek pengembangan, yakni: pengembangan moral dan nilai-nilai agama,
pengembangan fisik, pengembangan bahasa, pengembangan kognitif, pengembangan
sosio-emosional, pengembangan seni dan kreatifitas.
Sesuai
dengan tujuan pendidikan anak usia dini, yaitu menyiapkan anak untuk berkembanga
secara komprehensif, sudah barang tentu orientasi
pendidikan pada anak usia dini tidak hanya terbatas pada aspek pengembangan kecerdasan semata, tetapi juga
mencakup aspek perkembangan yang lebih luas. Aspek-aspek perkembangan yang
terjadi pada anak usia dini meliputi: aspek fisik dan motorik, aspek kognitif,
aspek bahasa, aspek moral dan nilai-nilai agama, aspek sosio-emosional, aspek
seni dan kreativitas.[5]
1.
Perkembangan Fisik dan Motorik
Menurut Elizabeth,
perkembangan fisik sangat pentingdipelajari, karena baik secara langsung maupun
tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung,
perkembangan fisik anak akan menentukan ketrampilan anak dalam bergerak. Secara
tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana
anak itu memandang dirinya sendiri dan bagaimana ia memandang orang lain.
Perkembangan motorik
kasar diperlukan untuk ketrampilan menggerakkan dan menyeimbangkan tubuh. Pada
usia dini anak masih mnyukai gerakan sederhana seperti melompat dan berlari. Perkembangan
motorik halus meliputi perkembangan otot halus meliputi perkembangan otot halus
dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh
yang lebih spesifik: seperti menuis, melipat, merangkai, mengancing baju dan
lain sebagainya.adapun perkembangan motorik pada anak mengikuti delapan pola
umum, yaitu:
a.
Continuity
Dimulai dari sederhana ke yang lebih
kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak
b.
Unifrom
sequence (memiliki harapan yang sama)
Memiliki pola tahapan yang sama untuk
semua anak. Meskipun perkembangan kecakapan
anak berbeda-beda.
c.
Meturity
(kematangan),
Dipengaruhi oleh perkembangan sel saraf
dari gerakan yang bersifat umum ke
khusus.
d.
Chepalo-coudal
direction
Bagian yang mendekati kepala berkembang
lebih dahulu dari bagian mendekati ekor.
e.
Bersifat proximu-distal
Bahwa bagian yang mendekati sumbu tubuh
berkembang lebih dulu dari yang lebih jauh.
f.
Koordinasi bilateral menuju crosslateral
Bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih
dahulu sebelum melakukan koordinasi
organ bersilangan.
Dapat
dikatakan bahwa kompetensi dan hasil beajar yang ingin dicapai dalam aspek
pengembangan fisik adalah kemampuan mengelola dan ketrampilan tubuh termasuk
gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, gerakan kasar,
serta menerima rangsangan dari panca indra.[6]
Ada
beberapa hal tentang tahap awal pendidikan pada usia 0-1 tahun, yaitu:
a.
Telungkup
Tahap awal yang
dilakukan bayi ketika rata-rata berusia 6-9 bulan.
b.
Duduk
Tahap selanjutnya untuk
melangkah proses pendidikan selanjutnya.
c.
Merangkak dan Merayap
d.
Berdiri dan belajar
Berdiri dan belajar
yang merupakan tonggak awal untuk melatih
kecerdasan fisik yang
berkaitan dengan pendidikan gerakan.
Sebagai pendidik anak usia dini
harus memiliki sebuah acuan didalam penilaian perkembangan ataupun yang harus
di perhatikan sesuai perkembangan yang harus dicapai, pada hal ini Aspek-aspek
yang harus diperhatikan pada Perkembangan Fisik Motorik:
a. Motorik
kasar antara lain meliputi
1) Memenjat
tali, tangga, panjatan;
2) Berlari;
3) Melompat;
4) Menendang
bola;
5) Menangkap
bola;
6) Bermain
lompat tali;
7) Berjalan
pada titian keseimbangan.
b. Motorik
halus meliputi:
1) Menarik
resleting;
2) Mengancing
baju;
3) Menggunting
pola;
4) Mengikat
tali sepatu;
5) Mewarnai
pola;
6) Makan
dengan sendok;
7) Menyisir
rambut, dan menggambar.
c.
Organ sensor meliputi:
1) Mendengarkan
perintah guru dari jauh;
2) Melihat
tullisan atau bagan di papan tulis dari jauh;
3) Mengenali
berbagai benda dalam kotak tanpa melihat;
4) Mampu
membedakan bernagai macam rasa;
5) Mampu
mengenali berbagai macam bau;
6) Menyebutkan
warna benda;
7) Menyebutkan
ciri-ciri objek dari observasi.
d.
Kesehatan badan antara lain meliputi:
1) Seimbang
antara tinggi dan berat badan;
2) Aktif
dan lincah;
3) Catatan
kehadiran baik;
4) Mampu
menggunakan berbagai alat permainan di luar kelas.[7]
2.
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif
pada umumnya sangat berhubungan dengan masa perkembangan motorik. Perkembangan
kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi,
sehingga dapat berfikir. [8]Perkembangan
kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan dalam
menggunakan pengetahuannya. Kognisi adalah fungsi mental yang meliputi
persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. [9]Istilah
kognisi (cognition) dimaknai sebagai setrategi untuk mereduksi kompleksitas
dunia. kognisi juga dimaknai sebagai cara bagaimana manusia menggambarkan
pengalaman mengenai dunia dan bagaimana mengorganisasi pengalaman mereka.[10]
Aspek yang
dipantau dari Perkembangan aspek Kognitif yaitu:
a.
Informasi/pengetahuan
figurative meliputi:
1)
Mengenal
nama-nama warna:
2)
Mengenal
nama berbagai benda yang ada dirumah dan fungsinya;
3)
Mengenal
nama bagian0bagian tubuh;
4)
Mengenal
nama dan alamat:
5)
Mengenal
nama anggota keluarga, teman, dan guru.
b.
Pengetahuan
prosedur/operatif antara lain meliputi:
1)
Menjelaskan
bagaimana cara pergi dan pulang sekolah;
2)
Menjelaskan
cara menggunakan berbagai peralatan dirumah atau disekolah;
3)
Mampu
membandingkan dua objek atau lebih;
4)
Menghitung,
menata, mengurutkan dan mengklasifikasikan;
5)
Mengidentifikasi
masalah, mencari alternative pemecahan, memecahkan masalah sederhana:
6)
Mampu
ke toilet, memakai baju, dan akan sendiri.
c.
Pengetahuan
temporal dan spesial meliputi:
1)
Mengetahui nama hari dan tanggal
2)
Mengetahui waktu (siang, sore, malam,
kemarin, besok), musim, dan cuaca;
3)
Mengenal lokasi (diatas, dibawah,
disamping, kanan, kiri, tinggi, rendah);
4)
Mengenal kecepatan (cepat, lambat).
d.
Pengetahuan dan pengingat memori
meliputi:
1)
Mengingat alfabet;
2)
Mengingat nama-nama teman;
3)
Mengingat nama hari.[11]
3.
Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara
umum sekalipun terdapat vareasi diantara anak satu dengan lainnya, dengan
tujuan untuk mengembangkan kemampuan anak berkomunikasi. Kebanyakan anak
memulai perkembangan bahasanya dari menangis untuk mdngekspresikan responnya
terhadap bermacam-macam stimulan. Ssetelah itu anak mulai memeram yaitu
melafalkan bunyi yang tidak ada artinya secara berulang. Setelah itu anak mulai
belajar kalimat dengan satu kata, seperti “maem” yang artinya minta makan. Anak
pada umumnya belajar naka-nama benda sebelum kata-kata yang lain.brewer
mengklasifikasikan bahasa anak sebagai referensial dan ekspresif. Kata-kata benda
pada umumnya digolongkan dalam referensial, sdangkan kata-kata sossial di
golongkan sebagai ekspresif. Perkembangan bahasa belum sempurnasampai akhir
masa bayi, dan akan terus berkembangang sepanjang kehidupan seseorang. Anak
terus membuat perolehan kosa kata baru, dan anak usia 3-4 tahun mulai belajar
menyusun kalimat Tanya dan kalimat negative.[12]
Perkembangan bahasa
bertujuan untuk mengembangkkan kemampuan anak atau seseorang untuk
berkomunikasi. Pada anak
berusia
3-4 tahun mulai belajar menyusun kalimat tanya dan kalimat negatif. Pada usia 5
tahun mereka telah menghimpun kuranglebih 8.000 kosa kata, disamping itu telah
menguasai hampir semua bentuk dasar tata bahasa.[13]
Adapun aspek
yang perlu dipantau dari prkembangan Bahasa, yaitu:
1)
Mampu berkomunikasi dengan orang dewasa
dan orang lalin
2)
Mampu mengomunikasikan ide melalui
drama, bermain, atau tulisan
3)
Mengenal huruf, memiliki kosa kata
cukup, dan menunjukkan perkembangan membaca.[14]
4.
Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
Moral merupakan suatu nilai yang dijadikan pedoman dalam bertinkah laku.
Perkembangan moral yang terjadi pada anak usia dini sifatnya masih relative
tetrbatas. Sseorang anak belum mampu menguasai nilai-nilai yang abstrak
berkaitan dengan benar-salah dan baik buruk. Menurut piaget, pada awal
pengenalan nilai dan pola tingkatan itu asih bersifat paksaan, dan anak belum
mengetahui maknanya. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan inteleknya, anak
berangsur-angsur mulai mengikkuti berbagai ketentuan yang berlaku didalam
keluarga. Semakin lama semakin luas, sehingga ketentuan ynag berlaku didalam
masyarakat dan negaranya.[15]
Semua manusia
dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik maupun psikis. Walaupun dalam
keadaan lemah, namun ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten.
Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan
yang mantap, lebih-lebih pada usia dini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang religius, bayi sebagaimanusia
dipandang dari segi bentuk dan bukan kejiwaan. Ada pula pendapat yang
mengatakan bahwa anak sejak lahir telah membawa fitrah keagamaan, fitrah itu
baru berfungsi dikemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah
berada pada tahap kematangan.[16]
a.
Perkembangan agama pada anak
1)
The
fairty tale stage (tingkat dongeng)
Pada tingkatan ini dimulai pada anak
berusia 3-6 tahun.pada anak dalam tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi
oleh fantasi dan emosi.
2)
The
realistic stage (tingkat kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk
sekolah dasar hingga sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide
ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada
kenyataan.
3)
The
individual stage
Anak pada masa ini memiliki kepekaan
emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Ada beberapa
alasan mengenalkan nilai-nilai agama kepada anak usia dini, yaitu anak mulai
punya minat, semua perilaku anak membentuk suatu pola perilaku, mengasah
potensi positif diri, sebagai individu, makhluk sosial dan hamba Allah.[17]
b.
Sifat-sifat agama pada anak
1)
Unreflective (tidak mendalam)
Mereka menerima ajaran agama dengan
tanpa kritik. Kebenaran yang mereka trima tidak begitu mendalam sehingga cukup
sekedarnya saja dan mereka sudah cukup puas.
2)
Egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri
sendiri sejak tahhun pertama usia perkembangannya dan akan berkembang sejalan
dengan pertambahan pengalaman.
3)
Antropomorphis
Konsep ketuhanan pada diri anak
menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dalam
pikiran mereka bahwa perikeadaan Tuhan itu sama dengan manusia.
4)
Verbalis dan Retualis
Kehidupan agama pada anak sebagaimana
besar tumbuh mula-mula secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal
kalimat-kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka
laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tuntunan yang diajarkan kepada
mereka. Latihan-latihan bersifat verbalis dan upacara keagamaan yang bersifat
ritualis (praktek) mereka hal yang berarti dan merupakan salah stu ciri dari tingkat
perkembangan agama pada anak-anak.
5)
Imitatif
Tindak keagamaan yang dilakukan oleh
anak-anak pada dasarnya diperoleh dari meniru. Misalnya berdoa dan shalat.
6)
Rasa Heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan
sifat keagamaan yang terakhir pada anak. Rasa kagum yang ada pada anak sangat
berbeda pada rasa kagum pada orang dewasa. Rasa kagum pada anak ini belum
bersifat kritis dan kreatif, sehingga mereka hanya kagum terhadap keindahan
lahiriyah.[18]
Aspek perkembangan yang perlu dipantau dari perkembangan
moral yaitu:
1)
Mengenal aturan sekolah
2)
Mengenal sopan santun
3)
Mengenal otoritas[19]
5.
Perkembangan sosio-emosional
Perkembangan sosial anak
dimulai dari sifat egosentrik, individual, kearah interaktif komunal. Pada
mulanya anak bersifat egosentrik, hanya dapat memandang dari satu sisi, yaitu
dirinya sendiri. Ia tidak mengerti bahwa orang lain bisa berpandangan berbeda dengan dirinya, maka
pada usia 2-3 tahun anak masih suka bermain sendiri. Selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan
anak lain, mulai bermain bersama dan tumbuh sifat sosial. Perkembangan sosial
meliputi dua aspek penting, yaitu kompetensi sosial dan tanggung jawab sosial.[20]
Sejumlah studi tentang emosi anak akan menyingkapkan bahwa perkembangan
emosi mereka bergantung sekaligus pada factor pematangan (maturation) dan
factor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah satunya. Reaksi
emosional yang tidak muncul pada awal masa kehidupan tidak berarti tidak ada,
reaksi emosional itu mungkin akan muncul dikemudian hari, adanya pematangan dan
system endoktrin.[21]
Emosi merupakan
perasaan yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologi dan perilaku yang
terlihat. Adanya sifat egosentrisme yang tinggi pada anak disebabkan anak belum
dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Ada beberapa aspek
perkembangan sosio-emosional yang perlu dikembangkan pada anak usia dini.
Belajar bersosialisasi diri, yaitu usaha untuk mengembangkan rasa percaya diri
dan rasa kepuasan bahwa dirinya diterima dikelompoknya. Belajar berekspresi
diri, yaitu belajar mengekspresikan bakat, pikitran dan kemampuannya tanpa
harus dipengaruhi oleh keberadaan orang dewasa. Belajar mandiri dan berdiri
sendiri lepas dari pengawasan orang tua atau pengasuh. Belajar masyarakat,
menyesuaikan diri dengan kelompok, bekerja sama, saling membagi, bergiliran,
dan bersedia menerima aturan-aturan dalam kelompok. Belajar mengembangkan daya
kepemimpinan anak. Maka keluarga berperan penting untuk mendidik anak tersebut.[22]
Beberapa trend yang berhubungan dengan pengaturan emosi selama masa
kanak-kanak adalah:
a.
berasal
dari sumber daya eksternal ke internal. Bayi sepenuhnya tergatung dari sumber
daya eksternal-orangtua-untuk pengaturn emosinya. Ketika anak bertambah usia,
mereka mulali melakukan pengaturan mandiri terhadap emosi mereka.
b.
Strategi
kognitif. Untuk pengaturan emosi” seperti berfikir positif tentang suatu
situasi, penghindaran kognitif dan pengalihan atau pemfokusan atensi, yang
berkembang seiring dengan pertambahan usia.
c.
Rangsangan
emosi. Seiring dengan kedewasaan, seorang anak akan dapat mengontrol rangsangan
emosinya.
d.
Memilih
dan mengatur konteks dan hubungan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak akan
dapat memilih dan mengatur situasi dan hubungan social, sehigga mengurangi
emosi negative.
e.
Coping
terhadap stress. Dengan bertambahnya usia anak-anak akan lebih mampu untk
mengembangkan strategi, coping stress yang lebih baik.[23]
Meskipun demikian dalam pengaturan emosi, setiap anak
sangat beragam didalam menyalurkan emosinya. Bahkan yang paling menonjol yang
dimiliki oleh anak yaitu kesulitan anak dalam mengontrol emosi, bukan hanya
anak-anak saja, melainkan remaja awal sampai dewasa bahkan usia lanjut juga
sering mengalami kesulitan didalam mengontrol emosi.
Kemampuan sosio
emosional yang harus dikuasai anak usia 3-4 tahun adalah anak dapat
mengekspresikan wajah saat sedih, marah, takut, dan sebagainya, bisa menjadi
pendengar dan pembicar yang baik, membereskan mainan setelah selesai bermain,
sabar menunggu giliran dan terbiasa antri, mengenal aturan dan mengikuti
peraturan, mengerti akibat jika melakukan kesalahan, memiliki kebiasaan yang
teratur.[24]
Kemampuan yang ingin dicapai dalam aspek pengembangan sosio-emosional adalah
kemampuan mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat,
menghargai keragaman sosial dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri,
sikap positif terhadap belajar, kontrol diri, dan rasa memiliki.
Aspek perkembangan sosial yang perlu dipantau, yaitu:
a.
Interpersonal meliputi:
1)
Mampu bermain bersama teman
2)
Mau bergantian dan antre
3)
Mengikuti perintah dan petunjuk guru
4)
Mampu berteman, berkomunikasi, dan
membantu teman.
b.
Personal
1)
Mau merespon dan menjawab pertanyaan guru
2)
Mampu mengekspresikan diri dikelas
3)
Percaya diri untuk bertanya,
mengemukakan ide, dan tampil
4)
Mandiri saat makan, bekerja, dan memakai
pakaian.
5)
Mau ditinggal atau tidak ditunggui orang
tua disekolahan[25]
Aspek perkembangan emosi yang perlu dipantau, yaitu:
1)
Menunjukkan rasa sayang pada teman,
orang tua, guru
2)
Menunjukkan rasa empati dan menolong
teman
3)
Mengontrol emosi dan agraris, tidak
melukai atau menyakiti teman.[26]
6. Perkembangan
seni dan kreatifitas
Munandar mengungkapkan
tentang beberapa pengertian kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.
Kreativiras (berfikir kreatif atau berfikir devergent) adalah kemampuan yang berdasarkan
data atau informasi yang menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu
masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman
jawaban.[27]
Perilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah pada anak usia dini dapat diidentifikasi
dari beberapa ciri yang ada. Senang menjajaki lingkungan, mengamati dan
memegang segala sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif. Rasa ingi
tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan dengan takhenti-hentinya. Bersifat
spontan menyatakan pikiran dan perasaannya. Suka berpetualang, selalu ingin
mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Suka melakukan eksperimen, membongkar
dan mencoba-cobaberbagai hal. Jarang merasa bosan, dan ada-ada saja yang ingi
dilakukan.[28]
Aspek
perkembangan Seni,
yang perlu dipantau yaitu:
1)
Mampu mengekspresikan ide melalui gambar
2)
Mampu mengeksspresikan diri melalui
drama
3)
Mampu mengikuti lagu dan senang
bernyanyi.[29]
A.
Kesimpulan
Aspek-aspek
perkembangan anak usia dini yaitu: perkembangan fisik dan motorik, perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan moral dan nilai-nilai agama,
perkembangan sosio-emosional, perkembangan seni dan kreatif. Tujuan atau
manfaat dari aspek-aspek perkembangan anak usia dini adalah untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini serta membimbing anak usia dini
untuk mencapai tahap perkembangan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur.
2011. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Islam. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Kurniasih, Imas. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Edukasia
Abdurrahman,
Mulyono. 2003. Pendidikan AnakBerkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.
Sujiono,
Yuliani Nurani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta. Indeks.
Suyanto,
Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini. Yogyakarta. Hikayat Publishing.
Santrock, Jhon W. 2007.Perkembangan Anak. Jakarta.
Erlangga.
Hurlock ,Elizabeth
B.1978. Perkembangan Anak, Jakarta, Erlangga.
Fadlillah,
Muhammad, 2012. Desain Pembelajaran PAUD.
Yogyakarta, Ar-Ruzz,.
[1] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Indeks,
Jakarta, 2012. hlm. 62
[2] Ibid,.. hlm. 64-65
[2] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011),
hlm.17
[4] Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini,( Edukasi,
2011), hlm. 13
[5] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. ,hlm. 22
[7]
Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Anak Usia Dini (Yogyakarta:
Hikayat Publishing) hlm.192
[8] Ibid,.. hlm. 33
[9] Mulyono Abrurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2003), hlm.170
[10] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm. 34
[15]
Muhammad Fadlillah, Desain
Pembelajaran PAUD, (Yogyakarta, Ar-Ruzz, 2012), hlm.47
[16] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm.. 46
[17] Ibid,.. hlm. 45
[18] Ibid,.. hlm. 52-55
[21]
Elizabeth B. Hurloc, Perkembangan
Anak, (Jakarta, Erlangga: 1978), hlm.213
[24] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm... 58
[27] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm.. hlm 60
[28] Ibid,.. hlm 59
Terima kasih informasinya sangat membantu..
BalasHapus